Apakah Allah SWT Menghendaki dan Menakdirkan Hal yang Jelek?

Apakah Allah swt menghendaki dan menakdirkan hal yang jelek selain hal yang baik? Jika iya, bukankah berarti Allah berlaku dzolim kepada pihak yang
Apakah Allah SWT Juga Menghendaki dan Menakdirkan Hal yang Jelek?

Pertanyaan:

Apakah Allah swt menghendaki dan menakdirkan hal yang jelek selain hal yang baik?

Jika iya, bukankah berarti Allah berlaku dzolim kepada pihak yang ditaqdirkan sesuatu yang jelek?

Jawaban:

Sebagian dari sesuatu yang harus kita yakini dan imani adalah bahwa sesuatu yang baik begitupun yang jelek adalah bersumber dari Allah SWT. Tidak ada satupun yang luput dari kehendak dan kekuasaan Allah suatu apapun. Kejadian di alam langit dan bumi mustahil ada peristiwa yang terjadi pada kerajaan Allah SWT diluar kehendakNya atau tanpa sepengetahuan Allah SWT. 

Maha suci Allah dari hal itu semua!

Inilah keyakinan kita ahlus sunnah wal jama'ah  dari asy 'ariyyah dan maturidiyyah, dan seperti inilah yang harus disampaikan dalam keadaan mengajarkan kepada orang lain.

Dalilnya adalah hadits riwayat tirmidzi dimana Rasulullah Saw bersabda:

لا يؤمن عبد بالله حتى يؤمن بالقدر خيره وشره. رواه الترمذى

Artinya:

"Tidaklah beriman seorang hamba hingga ia beriman kepada taqdir, baiknya dan jeleknya."

Walaupun kita harus meyakini bahwa baik dan jelek adalah dari Allah swt, namun kita hendaknya beradab mengenai hal ini dengan menisbatkan yang baik kepada Allah SWT dan yang buruk kepada kita sendiri.

Marilah renungkan tentang pelajaran adab oleh Khidir Alaihis Salam waktu beliau berkata:

 "فأردت ان اعيبها"  

Yang artinya: "saya ingin merusak perahu itu". Beliau menisbatkan 'merusak' kepada dirinya. Dan beliau berkata:

 "فاراد ربك ان يبلغا اشدهما" 

Yang artinya: "Dan Tuhanmu menghendaki untuk menyampaikan keduanya pada usia dewasa." Nabi khidir a.s menisbatkan "kebaikan" kepada Allah SWT.

Pun, dari apa yang dikatakan oleh Nabi Ibrohim a.s 

الذى خلقنى فهو يهدين والذى هو يطعمنى ويسقين واذا مرضت فهو يشفين

Artinya: "Dialah dzat yang menciptakanku dan Dialah yang memberi hidayah terhadapku, dan Dialah dzat yang memberiku makan dan minum dan ketika aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku." 

Beliau a.s menisbatkan hidayah, pemberi makan dan minum serta kesembuhan kepada Allah swt, namun menisbatkan sakit kepada dirinya sendiri, padahal Allah SWT dzat yang memberi kesemuanya itu. Makan, minum dan juga sakit.

Menurut golongan mubtadi'ah mu'tazilah mereka berkata bahwa Allah hanya menghendaki kepada hambanya yang baik (الصلاح) atau yang lebih baik (الأصلح). Namun, teori ini sudah terbantahkan sejak dahulu dan buktinya banyak dijumpai. Contohnya,

1. Bayi yang sakit.

Bukankah seorang bayi itu belum sedikitpun mempunyai dosa?!. Lalu, kenapa ada bayi yang menderita penyakit. Padahal tidak ada maslahat yang kembali kepada si bayi. 

2. Meninggal di usia renta dalam keadaan kafir.

Banyak kita jumpai orang tua renta yang meninggal masih dalam keadaan kafir. Mengapa Allah SWT tidak mencabut nyawanya dahulu saat masih bayi?!

Bukankah yang terbaik (الأصلح) bagi dia adalah meninggal dalam keadaan masih bayi, sehingga terbebas dari kekafiran?!

Pernyataan di atas menyimpulkan batalnya teori mereka dan tidak ada jalan kebenaran lain kecuali mengikuti Ahlus sunnah wal jamaah.

wa Allahu a'lam.

Jika ada pertanyaan, apakah berarti Allah swt dzolim terhadap yang ditaqdirkan jelek?

Jawabannya adalah 'Tidak'. Alasannya menurut para ulama adalah "Dzolim itu memperlakukan yang tidak semestinya pada sesuatu yang bukan dimiliki. Sedangkan sesuatu yang menjadi milik, maka berhak memperlakukannya dengan perlakuan apapun dan tidak ada hukum dzolim."

Contoh:

1. Jika kita punya dua baju yang sama jenis dan ukurannya, kemudian yang satu kita pakai dan yang satunya kita manfaatkan untuk lap kaki. Apakah kita dzolim?

Begitupun jika kita menebang kayu, kemudian yang sebagiannya kita gunakan untuk membuat lemari dan sebagian lagi kita jadikan kayu bakar. Apakah kita dzolim?

2. Jika kita menanam padi, kita rawat, diberi pupuk, hingga pada saatnya panen, berasnya kita bawa pulang dan kita simpan. Sementara, batang padinya kita bakar, apakah kita dzolim?

Dari pertanyaan-pertanyaan pada contoh tersebut, tentu jawabannya 'Tidak'.

Demikian juga dengan Allah SWT. Kita manusia semuanya adalah milik Allah, maka terserah Allah memperlakukan apa terhadap masing-masing dari kita, baik atau buruk, masuk ke surga atau dibakar di neraka.

Juga antara manusia, jin dan iblis. Semuanya adalah milik Allah. Semua, Allah beri rezeki dan nikmat menurut kadarnya masing-masing. Maka terserah bagaimana Allah memperlakukan. Memasukan ke surga atau membakarnya di neraka. Tidak ada hukum dzolim pada diri Allah SWT.

Maha suci Allah dari hal itu!

والله اعلم بالصواب

Sumber:

    • Kasyifatus saja syarah safinatun naja
    • Nurud dzolam syarah aqidatul awam
    • Fathul majid syarah durrul farid