Aspek Perkembangan Anak Mempengaruhi Kecerdasannya
Aspek-aspek perkembangan anak.
Anak yang cerdas akan mudah beradaptasi di setiap keadaan dan lebih cekatan menyikapi rangsangan yang baru. Di sekalah misalnya, ditandai bahwa anak tersebut akan lebih mudah menjawab dari soal setiap mata pelajaran, dia pun mampu beradaptasi dengan banyak teman dengan beragam karakter.
sebab itu menjadi penting bagi orang tua untuk mengetahui apa saja yang dapat menunjang kecerdasannya. Salah satunya yaitu dengan menyimak beberapa aspek perkembangannya.
7 minute read
Anak yang cerdas akan mudah beradaptasi di setiap keadaan dan lebih cekatan menyikapi rangsangan yang baru. Di sekolah misalnya, ditandai bahwa anak tersebut akan lebih mudah menjawab dari soal setiap mata pelajaran, dia pun mampu beradaptasi dengan banyak teman dengan beragam karakter.
Sebab itu menjadi penting bagi orang tua untuk mengetahui apa saja yang dapat menunjang kecerdasannya. Salah satunya yaitu dengan menyimak beberapa aspek perkembangannya.
"Hasil penelitian membuktikan 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan pada empat tahun pertamanya dan membentuk 30% yang lainnya sebelum mencapai usia 8 tahun.
Dari penelitian mengenai ukuran otak anak, ternyata pada usia 2 tahun otaknya telah mencapai 75% dari ukuran otak ketika anak tersebut dewasa.
Pada usia 5 tahun mencapai 90% dari ukuran otak setelah ia dewasa, sehingga para psikolog menyebutkan masa ini sebagai masa “The golden age”".
Dengan kata lain Golden age yaitu masa keemasan atau masa dimana segala kelebihan atau keistimewaan tidak dapat terulang untuk kedua kalinya.
Masa golden age sangat menentukan perkembangan anak, jika hal ini terabai oleh orang tua atau pendidik akan merugikan masa depannya.
Menurut Maria Montessori Seorang tokoh pendidikan anak usia dini terkenal, juga mengatakan bahwa anak dari usia 0 sampai 6 tahun mengalami masa dimana anak mulai sangat sensitif terhadap rangsangan.
Pemberian stimulasi yang tepat adalah hal terbaik dalam mengoptimalkan kecerdasannya.
Pemberian stimulasi hendaknya disesuaikan dengan karakter kecerdasannya.
Karakter kecerdasan anak meliputi:
- (Word Smart) Kecerdasan linguistik atau kecerdasan bahasa.
- (Number Smart/Logic Smart) Kecerdasan matematis atau kecerdasan logika.
- (Picture Smart) Kecerdasan spasial atau kecerdasan gambar.
- (Music Smart) kecerdasan musik.
- (Body Smart) Kemampuan untuk mengendalikan gerakan, keseimbangan, koordinasi, dan ketangkasan bagian-bagian tubuh.
- (People Smart) Kemampuan sosial yang tinggi, Mudah berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, sanggup menempatkan diri dan mampu membaca situasi orang di sekitarnya.
- (Self Smart) Anak yang bisa memahami diri sendiri.
- (Nature Smart) menyukai alam dan lingkungannya.
Pemberian stimulasi yang paling baik dilakukan di masa golden age atau pada usia dibawah 5 tahun. Beragam stimulasi dapat diberikan oleh orang tua, Mulai dari stimulasi aspek fisik, motorik kasar dan halus, kognitif, bahasa, sosial emosi, seni dan agama.
1. Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis yang optimal sangat penting bagi setiap anak, karena akan sangat mempengaruhi perilakunya. Kita mengerti bahwa pertumbuhan fisik akan mempengaruhi keterampilan dalam eksplorasinya, juga berarti secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang dirinya terhadap orang lain.
Pertumbuhan fisik tersebut meliputi pertumbuhan dari kepala sampai kaki, dan juga pertumbuhan dari tengah ke arah tepi tubuh.
Perkembangan fisik anak dapat ditandai dengan hilangnya ciri-ciri bentuk perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang tumbuh lebih cepat daripada kepala.
Perkembangan fisik anak dapat ditandai dengan hilangnya ciri-ciri bentuk perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang tumbuh lebih cepat daripada kepala.
Prestasi fisik yang terpenting dalam masa ini adalah bertambahnya kontrol anak terhadap gerakan gerakan motorik dari yang tidak karuan menjadi terarah mereka sudah dapat berlari, menari berjalan dan lain sebagainya.
2. Aspek Perkembangan Motorik
Fisik terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar, ialah proses bertumbuhnya kemampuan gerak seorang anak yang terkoordinasi. Pergerakan ini mencakup otot besar dan Setiap gerakannya selaras dengan kebutuhan atau minatnya.
Pemberian stimulasi yang tepat akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang motoriknya. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mengoptimalkannya, seperti; mengajaknya berlari, berenang, naik sepeda dan sejenisnya.
Motorik halus, ialah kemampuan mengontrol kelenturan pada gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, kecekatan dan ketangkasan dalam menggunakan tangan dan jari jemarinya. Ditandai dengan bagaimana dia terampil dalam menggunakan peralatan saat mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya dalam aktifitas seperti Mencoret- coret, menyentuh, melipat memasukkan makanan ke mulutnya dan sebagainya.
Untuk menstimulasi motorik halusnya kita bisa mengajarkannya menulis, mewarnai, menggunting, menempel kertas dan aktifitas lain sejeninya. Dengan demikian motorik halus pada anak akan terstimulasi dan dapat berkembang secara optimal.
3. Aspek Perkembangan kognitif
Jean Piaget, seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan di Swiss. Terkenal dengan hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya menjelaskan,Perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan, yaitu: Periode Sensorimotor (usia 0-2 tahun); Periode Praoperasional (usia 2-7 tahun); Periode Operasional Konkret (usia 8-11 tahun); dan Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
Pada tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi simbol yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek.
Sederhananya definisi aspek kognitif adalah kemampuan anak dalam menginterpretasikan, memproses, mengkategorikan maupun mengekspresikan informasi yang didapatnya melalui panca indera. Kemampuan ini yang selanjutnya akan berkembang menjadi kemampuan berfikir logis, maupun simbolis.
Menentukan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-harinya, anak akan menghadapinya dengan fleksibel serta mengetahui perbedaan bagaimana dia harus menentukan sikap dalam berencana, berinisiatif, klasifikasi,pola dan mengenal sebab akibat.
Ketika dia dihadapkan dengan sesuatu yang sifatnya simbolik dia akan mengenal, menyebutkan, menggunakan lambang bilangan, mengenal abjad serta mampu mempresentasikan berbagai benda dalam bentuk gambar.
Stimulasi yang dapat kita berikan dengan mengajaknya bercerita, menyebutkan bagian anggota tubuhnya, menyebutkan warna disekiranya dan aktifitas lain yang dapat mempertajam kognitifnya.
3. Aspek Perkembangan Bahasa
Sejak dalam kandungan sebenarnya komunikasi antara anak dan orang tua telah terjalin. Ia akan memberi respon tertentu ketika si ibu mengelus perutnya, namun terkadang kita tak begitu memperhatikannya.
Setelah anak terlahir ia dapat menyatakan komunikasi tersebut dengan bahasa tangisan, tertawa dan sesekali mengoceh dengan ucapannya. Memang begitulah bahasanya.
Setelah anak terlahir ia dapat menyatakan komunikasi tersebut dengan bahasa tangisan, tertawa dan sesekali mengoceh dengan ucapannya. Memang begitulah bahasanya.
Selanjutnya anak akan mengembangkan kemampuan komunikasinya dengan keaksaraan bahasa. agar orang tua dapat memahami apa yang anak kehendaki dan anak pun dapat mengerti apa yang orang lain katakan.
Fase pengembangan ini sangat penting bagi orang tua dalam memberikan stimulus. Stimulasi yang tepat dapat memperkaya si anak dengan perbendaharaan kata dan pelafalan kalimat dengan baik.
Fase pengembangan ini sangat penting bagi orang tua dalam memberikan stimulus. Stimulasi yang tepat dapat memperkaya si anak dengan perbendaharaan kata dan pelafalan kalimat dengan baik.
Stimulasi yang dapat kita berikan sangat beragam. Seperti mengajak berbicara kepada anak secara langsung, hal ini dapat mengembangkan imajinasinya. Dengan mengajaknya berbicara secara langsung dapat mengasah konsep bahasanya.
Hal lain yang dapat kita lakukan adalah dengan mengajaknya membaca. Dengan membaca anak dapat memahami reseptif bahasa mengenai bentuk perintah atau ajakan serta dapat mengekspresikannya dengan pertanyaan.
4. Aspek Perkembangan Sosio-emosional
Adalah kemampuan anak dalam menyesuaikan lingkungan disekitarnya. Perkembngan sosial mengajarkan kesadaran diri anak bagaimana ia memperlihatkan kemampuan dirinya, menyesuaikan diri dengan orang lain memberi respon kepada orang lain maupun berbagi.
Baca juga : Pentingnya Apresiasi Untuk Anak
Aspek sosial membentuk anak menjadi perilaku pro- sosial, seperti bersikap kooperatif toleran bermain dengan teman sebayanya serta dapat menghargai pendapat orang lain.
Selain itu sosial juga mengajarkan rasa tanggung jawab untuk dirinya dan orang lain. Seperti mengetahui hak- haknya, mengatur dirinya, bagaimana ia harus mentaati peraturan, serta dampak dan tanggung jawab atas perilaku yang ia kerjakan.
Baca juga : Pentingnya Apresiasi Untuk Anak
Sedangkan emosional Aspek ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya. Pada umumnya disertai oleh perasaan gembira atau sedih, perasaan itu disebut warna afektif. Warna afektif ini bersifat dinamis, adakalanya kuat, lemah, dan bahkan samar.
Dalam mendefinisikan Warna afektif tersebut pada kondisi kuat, menunjukkan perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. perasaan-perasaan seperti inilah yang disebut dengan emosi.
Emosi warna afektif yang kuat dapat ditandai dengan perubahan-perubahan fisik, antara lain berupa denyut jantung bertambah cepat dalam kondisi terkejut. Peredaran darah bertambah cepat bila marah. Bulu roma berdiri bila sedang takut.
Jadi, emosi adalah suatu keadaan yang kompleks dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang.
Menstimulasi emosi ini bisa kita lakukan memberikan pujian, berdialog, bekerja sama, bernegoisasi, memberi hadiah untuk perilaku positif anak, menyamakan posisi tubuh tinggi anak dan selalu menatap mata ketika berbincang dengannya agar anak merasa bahwa dirinya adalah prioritas.
Anak yang tumbuh dengan perkembangan sosio-emosional yang positif akan lebih mampu memahami diri sendiri dan orang lain, ramah, memiliki sifat empati rendah hati, sadar akan perbedaan seksual, sehingga anak laki-laki lebih menyukai bermain dengan teman laki-laki dan anak perempuan lebih senang bermain dengan
teman perempuan.
Ia juga dapat mengikuti peraturan, serta memiliki banyak teman.
5. Seni
Seni terkait erat dengan ekspresi. Ketika anak terbiasa mengekspresikan diri, maka ia terlatih berimajinasi. Anak yang imajinatif dia akan mudah menemukan ide, sehingga mampu melahirkan hal baru.
Stimulasi yang baik dalam pembentukan seni akan mempengaruhi anak dalam mengekplorasi imajinasinya.
Anak yang sedang mendengarkan musik, berlatih drama atau melukis hal ini sebenarnya ia sedang mengeksplorasi inajinasinya. Sehingga ia dapat menghasilkan karya seperti gambar, pandai meragakan gerakan tertentu, berpidato ataupun bernyanyi.
Stimulasi yang baik dalam pembentukan seni akan mempengaruhi anak dalam mengekplorasi imajinasinya.
Anak yang sedang mendengarkan musik, berlatih drama atau melukis hal ini sebenarnya ia sedang mengeksplorasi inajinasinya. Sehingga ia dapat menghasilkan karya seperti gambar, pandai meragakan gerakan tertentu, berpidato ataupun bernyanyi.
6. Nilai Agama dan Moral
Aspek ini menjadi fondasi terpenting bagi anak. agama juga dapat dijadikan petunjuk atau tolak ukur perbuatan. Pembekalan ilmu agama untuk anak dapat menuntun dirinya melakukan hal yang dibenarkan.
Anak-anak akan menjaga diri dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang norma masyarakat atau pun agama itu sendiri. Dengan mengajarkan agama kepada anak pribadinya akan lebih terarah. Anak akan mengetahui tata cara bersikap yang baik, Toleransi, tanggung jawab, adil dan sebagainya.
Sumber Rujukan:
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget, 25. Yuliani N.S., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, 2Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik.( Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008) hlm 149.
Anak-anak akan menjaga diri dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang norma masyarakat atau pun agama itu sendiri. Dengan mengajarkan agama kepada anak pribadinya akan lebih terarah. Anak akan mengetahui tata cara bersikap yang baik, Toleransi, tanggung jawab, adil dan sebagainya.
Ditinjau lebih spesifik bahwa pengajaran atau aturan dasar yang sifatnya pendidikan moral pembentukan karakter banyak ditampung dalam aturan agama.
Demikianlah 6 aspek perkembangan anak. Setiap aspek memepengaruhi aspek yang lain. Jika salah satu aspek perkembangannya terhambat, maka akan menghambat lima aspek lainnya. Perkembangan anak akan optimal jika keseluruhan aspek berkembang dengan baik dan sesuai dengan usia.
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget, 25. Yuliani N.S., Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, 2Sunarto dan B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik.( Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008) hlm 149.