Tahan Dahaga 17 Jam, Beratnya Puasa Di Skandinavia
menjalankan ibadah rukun islam yang ke empat tak seberat Umat muslim yang berada di negara-negara Skandinavia seperti Denmark, Norwegia, dan Islandia.
Dimana mereka berpuasa 17 jam sehari, lebih lama dari pada muslim yang berada belahan bumi di Selatan. Hal ini dikarenakan di negara tersebut matahari tenggelam lambat sehingga memiliki waktu siang yang panjang.
Mengutip Gaya.tempo.co (6/5) “Bahkan ada tempat di mana matahari tidak tenggelam sama sekali di waktu-waktu tertentu seperti di Svalbard, sebuah pulau bagian Norwegia di Samudera Antartika Utara yang tak pernah mengalami malam sejak April hingga Agustus.”
Menjadi umat muslim di Indonesia sudah sepatutnya lebih banyak bersyukur, karena untuk menjalankan ibadah rukun islam yang ke empat tak seberat Umat muslim yang berada di negara-negara Skandinavia seperti Denmark, Norwegia, dan Islandia.
Dimana mereka berpuasa 17 jam sehari, lebih lama dari pada muslim yang berada belahan bumi di Selatan. Hal ini dikarenakan di negara tersebut matahari tenggelam lambat sehingga memiliki waktu siang yang panjang.
Mengutip Gaya.tempo.co (6/5) “Bahkan ada tempat di mana matahari tidak tenggelam sama sekali di waktu-waktu tertentu seperti di Svalbard, sebuah pulau bagian Norwegia di Samudera Antartika Utara yang tak pernah mengalami malam sejak April hingga Agustus.”
Kita mengerti bahwa tahun masehi terdapat sekitar 365 sampai 366 hari, sedangkan tahun hijriyah hanya berjumlah sekitar 354 sampai 355 hari dalam setahun. Selisih hari memungkinkan jatuhnya bulan puasa disana pada bulan dimana malam sama sekali tak muncul.
Padahal puasa dilakukan antara matahari terbit dan tenggelam, jika bulan puasa disana bertepatan pada bulan Agustus hingga Desember bagaimana mereka menetukan waktu puasa?
Tentu saja Islam bukanlah agama kaku yang menyulitkan umatnya.
Persoalan yang lebih berat adalah bukan bagaimana menentukan waktu sahur bagaimana mereka berpuasa. Akan tetapi bagaimana cara umat muslim disana melaksanakan puasa. Gejala dehidrasi dan kelelahan adalah beberapa konsekuensi dari puasa yang mungkin dialami umat Islam disana.
Sumber: gaya.tempo.co
Dimana mereka berpuasa 17 jam sehari, lebih lama dari pada muslim yang berada belahan bumi di Selatan. Hal ini dikarenakan di negara tersebut matahari tenggelam lambat sehingga memiliki waktu siang yang panjang.
Mengutip Gaya.tempo.co (6/5) “Bahkan ada tempat di mana matahari tidak tenggelam sama sekali di waktu-waktu tertentu seperti di Svalbard, sebuah pulau bagian Norwegia di Samudera Antartika Utara yang tak pernah mengalami malam sejak April hingga Agustus.”
Kita mengerti bahwa tahun masehi terdapat sekitar 365 sampai 366 hari, sedangkan tahun hijriyah hanya berjumlah sekitar 354 sampai 355 hari dalam setahun. Selisih hari memungkinkan jatuhnya bulan puasa disana pada bulan dimana malam sama sekali tak muncul.
Padahal puasa dilakukan antara matahari terbit dan tenggelam, jika bulan puasa disana bertepatan pada bulan Agustus hingga Desember bagaimana mereka menetukan waktu puasa?
Tentu saja Islam bukanlah agama kaku yang menyulitkan umatnya.
“Menurut Asim Mohammed (31) imam masjid Oslo, Norwegia, muslim yang tinggal di daerah seperti itu punya tiga pilihan: Mereka dapat berpuasa dengan waktu sesuai dengan matahari terbit dan tenggelam di kota terdekat yang tidak terus menerus mengalami siang, mengikuti waktu di Mekah, atau sesuai dengan waktu di daerah mereka sendiri ketika matahari terakhir benar-benar terbenam, kata Mohammed.” Seperti dilansir gaya.tempo.co ( 7/5 /2019 ).
Persoalan yang lebih berat adalah bukan bagaimana menentukan waktu sahur bagaimana mereka berpuasa. Akan tetapi bagaimana cara umat muslim disana melaksanakan puasa. Gejala dehidrasi dan kelelahan adalah beberapa konsekuensi dari puasa yang mungkin dialami umat Islam disana.
"Itu juga tergantung pada jenis pekerjaan yang Anda lakukan - jika Anda seorang pekerja kantor, Anda tidak memiliki masalah karena Anda bisa duduk di dalam dengan AC menyala, tetapi jika Anda bekerja di luar dalam cuaca panas selama bulan Mei, Juni dan Juli, ini bisa agak sulit. Sebagian besar jemaah saya - baik muda maupun tua - puasa, dan menarik bagaimana mereka mengatasinya," kata Asim Mohammed menambahkan.
Sumber: gaya.tempo.co
